Runtuhnya
Teori Evolusi
MAKALAH
UNTUK
MEMENUHI TUGAS MATAKULIAH
Bahasa
Indonesia Keilmuan
yang
dibina oleh Ibu Martutik
oleh
Afif
Saifudin
120341421993
UNIVERSITAS NEGERI MALANG
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN
ALAM
JURUSAN BIOLOGI
April
2013
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar
belakang
Evolusi
barangkali satu-satunya teori yang telah menyusup ke segenap aspek ilmu
pengetahuan. Begitu besar pengaruhnya, kata evolusi hampir digunakan dalam
semua cabang ilmu. Dan saat ini pembelajaran mengenai evolusi sudah diterapkan
di berbagai institusi pendidikan. Dalam hal ini dapat dikatakan bahwa teori
evolusi berkembang dengan begitu pesat. Perkembangan teori ini tidak lepas dari
peran para ahli biologi materialis. Selain materialis, mereka juga evolusionis
dan pengikut paham darwinisme. Mereka selalu berusaha untuk mengembangkan teori
evolusi dengan menggunakan berbagai cara. Bahkan kebanyakan adalah sebuah
kebohongan public. Anehnya, banyak juga para ilmuwan yang menganut ajaran ini.
Mereka justru mendukung begitu saja teori tersebut tanpa mengevaluasi. Padahal,
dalam induktivisme telah dinyatakan bahwa sebuah teori harus diuji secara
berkala untuk membuktikan kebenarannya.
Saat ini banyak orang yang tertipu atau bahkan tidak
tahu tentang evolusi yang sebenarnya. Atas dasar itulah makalah ini dibuat.
Agar tidak ada lagi kekeliruan dalam mempelajari ilmu pengetahuan terutama
evolusi. Dan tujuan utama pembuatan makalah ini adalah untuk memaparkan
fakta-fakta ilmiah yang membantah teori evolusi dalam seluruh bidang ilmu, dan
mengungkapkan pada masyarakat luas apa yang disebut “ilmu pengetahuan” ini,
yang ternyata tidak lebih dari sebuah penipuan.
1.2 Rumusan
masalah:
1. Apa hakekat sebenarnya
tentang teori evolusi?
2. Apa saja manipulasi dalam teori
evolusi?
3. Apa saja faktor pendukung
perkembangan teori evolusi?
4. Apa saja fakta yang menentang
teori evolusi?
5. Apayang menyebabkan keruntuhan
teori evolusi?
1.3 Tujuan:
Makalah
ini dibuat dengan tujuan untuk memperkenalkan teori evolusi kepada semua orang
terutama para pelajar. Juga menjelaskan bagaimana perkembangan teori evolusi.
Dan yang paling penting adalah membahas tentang keruntuhan teori evolusi.
BAB
II
PEMBAHASAN
2.1. Sejarah Singkat Teori Evolusi
Anggapan
bahwa teori evolusi hanya berkaitan dengan bidang studi biologi adalah anggapan
yang keliru. Teori evolusi telah menjadi pondasi bagi sebuah filosofi yang
menyesatkan sebagian besar manusia. Filsafat tersebut adalah “materialisme”
yang mengandung berbagai kepalsuan dan kebohongan. Materialisme mengajarkan
bahwa tidak ada sesuatu pun selain materi adalah esensi dari segala sesuatu.
Atas dasar pemikiran itulah paham materialisme
tidak mengakui adanya Tuhan. Paham ini tidak hanya akan merusak individu
tetapi bisa menyebabkan suatu bangsa kehilangan nilai-nilai dasar yang sudah
dianutnya. Kejahatan lain dari materialisme adalah dukungannya terhadap ideologi-ideologi
anarkis dan bersifat memecah belah. Komunisme adalah salah satu konsekuensi
politis alami dari filsafat materialisme. Teori evolusi menjadi semacam
landasan ilmiah bagi materialisme. Teori ini dapat mengubah manusia menjadi
makhluk yang hanya berorientasi kepada materi dan berpaling dari nilai-nilai
moral.
Teori evolusi
menyatakan bahwa makhluk hidup di muka bumi tercipta sebagai akibat dari
peristiwa kebetulan dan muncul dengan sendirinya dari kondisi alamiah. Teori
evolusi sebagaimana yang dipertahankan sampai saat ini adalah pendapat seorang
naturalis amatir dari Inggris, Charles Robert Darwin. Darwin sebenarnya tidak
pernah mengenyam pendidikan formal dalam ilmu Biologi. Ia hanya mempunyai
sedikit ketertarikan pada alam dan makluk hidup. Minat yang dimilikinya itu
mendorong dia untuk bergabung secara sukarela dalam perjalanan kapal HMS Beagle
mengarungi belahan dunia. Dalam perjalanannya, kapal ini berhenti di sebuah
tempat yang bernama kepulauan Galapagos. Darwin sangat takjub ketika melihat keragaman
makhluk hidup yang ada, terutama spesies burung finch. Dia mengira bahwa
keragaman pada burung finch terjadi karena adaptasi yang dilakukan burung
tersebut. Dia berpikir bahwa makhluk hidup tidak diciptakan secara terpisah
oleh Tuhan, tetapi semua makhluk hidup berasal dari satu nenek moyang yang
sama.
Setelah melihat hal tersebut, Darwin
kemudian menyatakan hipotesisnya sebagai sebuah teori. Ia mengungkapkan hiotesisnya
tanpa didasari sebuah penelitian. Padahal dalam induktivisme telah dinyatakan
bahwa hipotesis yang diungkapkan oleh seseorang harus didasari oleh pengamatan
dan penelitian. Jika hipotesis itu sesuai dan relevan, barulah bisa dijadikan
sebuah teori. Pendapat yang khayal dan imajinatif tidak akan mendapat tempat
dalam sains. Sedangkan Darwin, tanpa penelitian langsung mengemukakan sebuah
teori. Dan anehnya, teori tersebut dapat berkembang pada masa itu. Teori
tersebut berkembang dengan dukungan para ahli Biologi materialis.
2.2. Perkembangan Teori
Evolusi
Perkembangan ilmu ini dapat
dikatakan sangat maju pada saat itu. Belum ditemukannya alat untuk meneliti
bagian tubuh makhluk hidup secara mendetail adalah salah satu faktor yang
sangat berpengaruh. Pada saat itu mikroskop belum ditemukandan struktur sel
yang rumit belum diketahui sedikitpun, sehingga pendapat Darwin diterima begitu
saja tanpa diuji dengan penelitian lebih lanjut. Teori ini kemudian dikenal di
seluruh dunia. Darwin pun dianggap sebagai orang hebat di dunia. Teori ini
kokoh bukan karena fakta ilmiah, tetapi karena tokoh evolusi berusaha selalu
menutupi fakta yang ada dan terus menyokongnya. Dalam perkembangannya, teori
evolusi tidak sepenuhnya terbukti. Bahkan ada sebagian dari teori tersebut yang
justru bisa menjatuhkannya. Darwin sendiri mengakui kalau ada kelemahan dalam
teori ini. Dalam bukunya, dia menulis bab yang berjudul “The Difficulties of Theory”.
Darwin sebenarnya tidak yakin terhadap teori yang dikemukakannya. Hal itu
dikarenakan masih banyak bagian dari teori evolusi yang belum terbukti. Darwin
berharap penemuan di kemudian hari akan membuktikan adanya evolusi. Tetapi
kenyataannya tidak seperti yang dia harapkan. Penemuan modern saat ini justru
menjatuhkan teori yang dikemukakan oleh Darwin.
Satu hal yang menjadi keanehan pada
saat ini adalah masih banyak orang yang beranggapan bahwa teori evolusi sudah
terbukti kebenarannya. Bahkan akhir-akhir ini kata “evolusi” sering digunakan
dalam beberapa makna. Di antaranya, kini ada penambahan aspek sosial, sehingga
"evolusi" sekarang juga bisa berarti kemajuan umat manusia dan
perkembangan teknologi. Tak ada yang salah dengan konsep "evolusi"
bila digunakan dalam makna tersebut.
Teori evolusi sesungguhnya sangat
berbeda dari apa yang diterima oleh masyarakat saat ini. Seperti yang sudah
dikemukakan di atas, teori evolusi dilandasi oleh filsafat yang disebut
materialisme. Pada umumnya, orang tidak tahu betapa buruknya landasan berpijak
teori ini; betapa teori ini sudah digagalkan oleh bukti ilmiah pada setiap
langkahnya; dan betapa para evolusionis terus berupaya menghidupkan teori
evolusi. Para tokoh evolusi hanya mengandalkan hipotesa yang tidak terbukti, pengamatan
yang penuh prasangka dan tak sesuai kenyataan, gambar-gambar khayal, cara-cara
yang mampu mempengaruhi kejiwaan, dusta yang tak terhitung jumlahnya, serta
teknik-teknik sulap.Mereka mencoba terus memaksakan teori evolusi yang berisi
kebohongan bahwa manusia tidak diciptakan, tetapi muncul atas faktor kebetulan
dan berevolusi dari jenis binatang serta dengan segala cara, berupaya
mempertahankan teori evolusi agar tetap hidup. Mereka meninggalkan akal sehat
dan nalar, serta mempertahankan kebohongan ini di setiap kesempatan, meskipun
bukti ilmiah dengan jelas telah menggagalkan teori evolusi dan menegaskan fakta
penciptaan.
2.3. Ketidakrasionalan
Teori Evolusi
Teori yang di kemukakan oleh Charles
Darwin ini sebenarnya sangat tidak rasional dan bersifat khayal. Banyak
bagian dari teori tersebut yang sengaja dimanipulasi oleh tokoh evolusi. Hal
tersebut dilakukan untuk menutupi kelemahan dan menghindari pertanyaan yang akan
bermunculan. Tokoh evolusi
sebenarnya tidak memiliki dasar yang kuat, sehingga mereka berusaha untuk terus
mengungkapkan pendapatnya meskipun itu tidak rasional. Ketidakrasionalan itu belum
disadari oleh para ilmuwan pada zaman itu karena keterbatasan alat yang ada
untuk penelitian. Sebenarnya jjika diteliti satu persatu, maka akan ditemukan
ketidakrasionalan hampir di setiap pendapat evolusionis. Salah satu contoh
ketidakrasionalan tersebut adalah tentang peralihan hewan dari air ke daratan. Darwin
menyatakan bahwa hewan yang ada di darat adalah hasil dari peralihan hewan yang
ada di laut. Dia mengatakan bahwa reptil yang ada di perairan telah mengalami
differensiasi jaringan dan beralih menjadi makhluk daratan. Hal ini sangat
tidak bisa diterima oleh akal sehat karena kita mengetahui bahwa struktur
morfologi hewan air dan darat sangat berbeda baik struktur umum maupun yang
lebih khusus.
Darwin beranggapan bahwa hewan-hewan
tersebut mengalami mutasi gen dan kromosom sehingga mereka mampu berpindah dari
air ke darat. Padahal tidak ada mutasi yang menguntungkan. Mutasi hanya akan
menyebabkan kerugian pada makhluk hidup yang mengalaminya. Tidak ada mutasi
yang membuat makhluk hidup itu semakin maju atau berkembang. Setiap mutasi
adalah “kecelakaan” dan merusak nukleotida-nukleotida yang membangun DNA atau
mengubah posisinya. Akibat langsung mutasi sungguh berbahaya. Perubahan akibat
mutasi hanya akan berupa kematian, cacat dan abnormalitas. Hal ini karena DNA memiliki struktur
teramat kompleks dan pengaruh yang acak hanya akan menyebabkan kerusakan pada
struktur tersebut. Tidak mengherankan, sejauh ini tidak ditemukan satu mutasi
pun yang berguna. Namun, para evolusionis berusaha mengaburkan permasalahan,
bahkan dalam buku-buku pelajaran evolusionis contoh-contoh mutasi yang merusak
ini disebut sebagai “bukti evolusi”. Tidak
perlu dikatakan lagi, sebuah proses yang menyebabkan manusia cacat atau sakit
tidak mungkin menjadi “mekanisme evolusi”.
Evolusi seharusnya menghasilkan bentuk yang lebih
baik dan lebih mampu bertahan hidup. Ada tiga alasan utama mengapa mutasi tidak
dapat dijadikan bukti yang mendukung pernyataan evolusionis.
1.
Efek
langsung dari mutasi membahayakan. Mutasi terjadi
secara acak, karenanya mutasi hampir selalu merusak makhluk hidup yang
mengalaminya. Logika mengatakan bahwa intervensi secara tak sengaja pada sebuah
struktur senpurna dan kompleks tidak akan memperbaiki struktur tersebut, tetapi
merusaknya. Dan memang, tidak pernah ditemukan satu pun “mutasi yang
bermanfaat”.
2.
Mutasi
tidak menambahkan informasi baru pada DNA suatu organisme.
Partikel-partikel penyusuun informasi genetika terenggut dari tempatnya, rusak
atau terbwa ke tempat lain. Mutasi tidak dapat memberi makhluk hidup organ
atau sifat baru. Mutasi hanya mengakibatkan ketidaknormalan seperti kaki yang
muncul di punggung atau telinga yang tumbuh di perut.
3.
Agar
dapat diwariskan pada generasi selanjutnya, mutasi harus terjadi pada sel-sel
reproduksi organisme tersebut. Perubahan acak
yang terjadi pada sel biasa atau organ tubuh tidak dapat diwariskan kepada
generasi selanjutnya. Sebagai contoh, mata manusia yang berubah akibat efek
radiasi atau sebab lain, tidak akan diwariskan kepada generasi-generasi
berikutnya.
Singkatnya, makhluk hidup tidak
mungkin berevolusi karena di alam tidak ada mekanisme yang menyebabkannya.
Kenyataan ini sesuai dengan bukti catatan fosil yang menunjukkan bahwa proses
evolusi sangat menyimpang dari kenyataan. Ketidakrasionalan tersebut berasal
dari banyak sisi ilmu pengetahuan. Berikut adalah beberapa contoh pernyataan
tidak rasional dalam teori evolusi:
1.
Dongeng
tentang transisi dari air ke darat.
Mungkin
kita pernah mendengar cerita tentang transisi dari air ke
darat. Itu tidak lain hanyalah dongeng yang di
buat-buat oleh para evolusionis terutama Darwin sendiri. Evolusionis mengasumsikan
invertebrata laut yang muncul pada periode Kambirum berevolusi menjadi ikan
dalam waktu puluhan juta tahun. Perlu menjadi catatan bahwa invertebrata dan
ikan memiliki perbedaan struktur yang sangat jauh. Invertebrata memiliki jaringan keras di
luar tubuh mereka, sedangkan ikan adalah vertebrata dengan jaringan keras di
dalam tubuhnya. Evolusi sebesar itu tentu melalui miliaran tahap dan seharusnya
ada miliaran bentuk transisi yang menunjukkan tahapan-tahapan tersebut. Belum
selesaidengan kasus ini, para evolusionis menyatakan bahwa ikan yang berevolusi
dari invertebrata kemudian berubah menjadi amfibi.
Para evolusionis meyakini bahwa makhluk
semacam ini benar adanya.
Mereka mengajukan sebuah makhluk yang mereka beri nama‘Coelacanth’. Mahkluk ini adalah bentuk transisi dengan paru-paru
primitif, otak yang telah berkembang, system pencernaan dan peredaran darah
yang siap untuk berfungsi di darat, dan bahkan mekanisme berjalan yang primitif.
Sebenarnya mahkluk ini benar adanya,
tetapi bukan merupakan hasil dari mekanisme evolusi. Makhluk ini sepenuhnya
adalah ikan. Banyak fosil dari hewan ini ditemukan di berbagai penjuru dunia.
Hal ini membuat para evolusionis sangat terpukul. Ini menunjukkan seberapa
besar para evolusionis berspekulasi.
Kita harus berpikir jernih mengapa transisi dari air ke
darat itu sangat tidak rasional. Beberapa fakta yang mendukung pernyataan
tersbut antara lain:
·
Keharusan
membawa beban tubuh. Makhluk di dalam air
sangat mudah untuk membawa tubuhnya kesana kemari. Itu dikarenakan di dalam air
kita dapat melayang seperti di udara. Sedangkan di darat kita menghabiskan
hampir 40% energy kita untuk berpindah dari satu tempat ke tempat yang lain.
Mahkluk yang berasal dari air harus mengembangkan system otot dan kerangka baru
untuk melakukannya. Suatu hal yang tidak mungkin terjadi.
·
Daya
tahan terhadap panas. Suhu di darat dan di
lautan sangat jauh berbeda. Suhu di lautan mengalami perubahan yang secara
perlahan dan tidak terjadi dalam rentang yang lama. Sedangkan suhu di daratan
berubah sangat cepat dan mengalami fluktuasi yang begitu hebat. Di siang hari terkadang
sangat panas, dan di malam hari terkadang sangat dingin. Makhluk yang berasal dari lautan tidak
akan mampu bertahan hidup pada kondisi semacam ini.
·
Penggunaan
air. Air sangat dibutuhkan makhluk hidup
untuk metabolisme. Dan di darat, air harus
digunakan sehemat mungkin karena keterbatasan sumber air. Makhluk daratan
memiliki rasa haus, karakteristik yang tidak dimiliki oleh makluk air. Di
samping itu, kulit tubuh hewan air tidak sesuai untuk habitat darat
.
2.
Asal
usul burung dan mamalia.
·
Asal
usul burung.
Para
evolusionis tidak henti-hentinya membuat pernyataan palsu. Mereka menyatakan
bahwa burung berevolusi dari reptil. Salah satu bentuk transisi hipotesis yang
mereka ajukan adalah archaeopteryx.Archaeopteryxdikatakan
sebagai hasil evolusi dari reptil. Akan tetapi timbul masalah bagaimana membuat
reptil yang di darat bisa terbang sebagaimana burung yang ada saat ini.
Struktur reptil sangat jauh
berbeda dengan struktur burung yang khas. Misalnya saja sayap, sebagai ciri khas
burung, merupakan masalah besar
bagi para evolusionis. Beragam pertanyaan yang muncul mengenai sayaparchaeopteryx
belum mampu terjawab oleh para evolusionis. Sangatlah tidak mungkin jika lengan
yang terdapat pada reptile dapat berubah menjadi sayap melalui mekanisme
mutasi.
Jika hal itu terjadi, masih saja tidak cukup untuk
membuat reptil yang ada di darat bisa terbang. Kita ketahui bahwa burung tidak
hanya membutukan sayap untuk bisa terbang. Burung memiliki struktur khas pada
tulang, paru-paru dan system peredaran darah. Tulang burung sangatlah ringan
sehingga memudahkannya
saat terbang. Burung juga memiliki paru-paru yang sangat berbeda dibanding
makhluk lain. Selain itu, terdapat system peredaran darah yang sama pentingnya
seperti sayap. Semua mekanisme itu mustahil
dimiliki oleh reptil. Karena itulah teori yang menyatakan bahwa organisme darat
berevolusi menjadi organisme terbang benar-benar menyesatkan. Kalaupun kisah
ini kita anggap benar, mengapa para evolusionis tidak menemukan fosil “bersayap
setengah” atau “bersayap tunggal” untuk mendukung kisah mereka?
·
Asal
usul mamalia
Seperti
yang sudah dijelaskan di atas, evolusionis menyatakan bahwa reptil adalah nenek
moyang dari burung. Belum selesai masalah tersbut, ternyata para evolusionis
kembali mengenmukakan “ide gila” nya. Kali ini mereka menyatakan bahwa reptile
tidak hanya menjadi nenek moyang dari burung, tetapi juga merupakan nenek
moyang dari mamalia. Dari hal tersebut, kita dapat melihat tidak adanya
peningkatan cara berpikir dari para evolusionis. Entah apa yang mereka pikirkan
sehingga masih saja mengemukakan ide-ide yang tidak dapat diterima oleh akal
sehat. Sebuah contoh perbedaan structural antara reptile dan mamalia adalah
struktur rahang mereka. Rahang mamalia hanya terdiri dari satu tulang rahang
dan gigi-gigi ditempatkan pada tulang ini. Sedangkan rahang reptil memiliki
tiga tulang kecil pada kedua sisinya. Satu lagi perbedaan mendasar, mamalia
memiliki tiga tulang pada telinga bagian tengah, sedangkan reptil hanya
memiliki satu tulang pada bagian telinga.
3.
Skenario
evolusi manusia
Darwinis
menyatakan bahwa manusia modern saat ini berasal dari makhluk serupa kera.
Menurut para evolusionis, terdapat empat kategori dasar pada bentuk transisi
antara manusia modern dan nenek moyangnya. Empat kategori dasar tersebut
adalah:
Ø Australophitechus
Ø Homo habilis
Ø Homo erectus
Ø Homo sapiens
Evolusionis menyebut
Australopithecus adalah nenek moyang pertama dari manusia dan kera. Kemudian
mereka menggolongkan tahapan evolusi manusia selanjutnya sebagai “homo”.
Menurut mereka kelompok homo ini lebih berkembang dari australophitechus dan
tidak terlalu berbeda dengan manusia modern. Dan homo sapiens dikatakan sebagai
bentuk terakhir dari tahapan evolusi manusia.
2.4.
Bantahan-bantahan terhadap teori evolusi
Pada masa modern saat ini teori evolusi tidak berkembang
begitu pesat seperti masa Darwin. Teori evolusi mengalami kemunduran, dan
bahkan kebuntuan. Pada saat ini banyak ilmuwan yang sudah menentang teori
tersebut. Hal itu dikarenakan para ilmuwan saat ini sudah memiliki pemikiran
yang kritis. Mereka melakukan berbagai penelitian untuk mengoreksi teori dan
hukum yang sudah ditemukan oleh ilmuwan pada zaman dulu. Teori evolusi pun
tidak luput dari pengoreksian para ilmuwan saat ini. Bahkan bisa dikatakan
kalau teori evolusi adalah teori yang paling sering dikoreksi oleh para
ilmuwan. Dari pengoreksian tersebut, para ilmuwan telah menyatakan pendapat
atau lebih tepatnya bantahan mereka terhadap teori evolusi. Bukan hanya satu
atau dua bagian dari teori evolusi, tetapi hampir semua bagian dari teori
tersebut telah dibantah. Bantahan-bantahan tersebut antara lain dari:
1.
Catatan
fosil.
Kendala
utama dalam membuktikan teori evolusi selama ini adalah catatan fosil. Catatan
fosil belum pernah mengungkapkan jejak-jejak jenis peralihan hipotesis Darwin.
Ketika lapisan bumi dan catatan fosil dipelajari, terlihat bahwa semua makhluk
hidup muncul bersamaan. Lapisan bumi tertua tempat fosil makhluk hidup
ditemukan adalah Kambrium, yang diperkirakan berusia 500-550 juta tahun.
Catatan
fosil memperlihatkan, makhluk hidup yang ditemukan pada lapisan bumi periode
Kambrium muncul dengan tiba-tiba. Beragam makhluk hidup yang kompleks muncul
begitu tiba-tiba, sehingga literatur geologi menyebut kejadian ini sebagai
“Ledakan Kambrium”. “Ledakan Kambrium” adalah satu-satunya penjelasan mengenai kemunculan
bentuk kehidupan yang sempurna secara tiba-tiba di bumi ini. Catatan fosil juga
membantah adanya transisi dari air ke darat. Seperti yang sudah dijelaskan di
atas, transisi dari air ke darat adalah sebuah dongeng khayal yang dibuat-buat
oleh para evolusionis. Tidak ada satu fosil pun yang menunjukkan bahwa pernah
terdapat makhluk separuh ikan-separuh amfibi. Evolusionis telah menggali
lapisan fosil selama kurang lebih 140 tahun untuk mencari bentuk hipotesis yang
mereka usulkan. Mereka telah menemukan jutaan fosil invertebrata dan jutaan
fosil ikan, tetapi tidak pernah menemukan satu bentuk peralihan pun antara
invertebrata dan ikan.
Selain
itu, catatan fosil juga membantah asal usul burung dan mamalia. Evolusionis
mengatakan bahwa burung dan mamalia berasal dari reptil. Seperti yang sudah
dipaparkan di atas, evolusionis mengatakan bahwa terdapat seekor burung yang
dinamakan archaeopteryx. Menurut para evolusionis, archaeopteryx adalah hasil
evolusi dari reptil. Namun beberapa
fosil baru yang baru ditemukan menggugurkan rekayasa tersebut. Pada tahun 1995
ditemukan fosil burung baru yang dinamai confuciusornis.Usia
fosil burung ini sama dengan archeopteyx,
tetapi tidak bergigi. Burung ini tampak sangat mirip dengan burung modern.
Kenyataan ini menggugurkan semua anggapan evolusionis yang menyatakan bahwa archeopteryx adalah nenek moyang dari
semua burung.
2.
Protein menggugat teori kebetulan
Jika kita berbicara tentang sel, maka kita tidak bisa meniggalkan satu
bahasan utama yaitu protein. Protein adalah molekul raksasa yang terdiri dari
satuan kecil yang disebut asam amino yang tersusun dalam urutan tertentu,
dengan jumlah dan struktur tertentu. Molekul ini merupakan bahan pembangun sel
hidup. Protein yang paling sederhana terdiri dari lima puluh asam amino, tetapi
ada beberapa protein yang terdiri dari ribuan asam amino. Teori evolusi yang
menyatakan bahwa semua terjadi secara kebetulan tidak bisa menjelaskan tentang
keteraturan struktur protein. Protein terlalu rumit untuk dijelaskan dengan
teori kebetulan. Pembentukan protein secara kebetulan sangatlah tidak mungkin.
Hal ini telah dibuktikan dengan perhitungan statistik. Dan hasilnya perhitungan
ini menghasilkan “probabilitas nol” atau mustahil.
2.5. Runtuhnya
Teori Evolusi
Teori
evolusi yang telah bertahan selama 150 tahun akhirnya runtuh. Perkembangan ilmu
pengetahuan, terutama dalam bidang biologi adalah salah satu penyebabnya.
Biologi saat ini telah berkembang begitu pesat. Bahkan dalam perkembangannya biologi
berhasil mengungkap berbagai permasalahan mengenai makhluk hidup. Permasalahan
yang pada masa Darwin belum bisa dijawab kini telah terjawab. Tapi seperti yang
sudah dijelaskan di atas, berkembangnya ilmu biologi justru menjadikan teori
evolusi semakin terpojok dan akhirnya runtuh. Teori evolusi tidak tiba-tiba
runtuh. Tetapi keruntuhan teori ini disebabkan adanya berbagai pertanyaan yang
tidak mampu terjawab oleh tokoh evolusi hingga saat ini. Beberapa pertanyaan
tersebut antara lain:
1.
Mengapa
pernyataan “genom manusia 99%
sama dengan genom kera” tidak benar?
Banyak sumber yang menyatakan bahwa manusia dan kera memiliki kesamaan
sebesar 99% dalam informasi genetik keduanya. Pernyataan ini adalah pernyataan
yang menyesatkan. Sebuah studi di tahun 2002 Sebuah
studi di tahun 2002 mengungkapkan bahwa propaganda evolusionis dalam perihal
ini adalah sepenuhnya tidak benar. Pernyataan
evolusionis ini terutama terpusat pada simpanse, dan
menyatakan bahwa jenis kera inilah yang terdekat dengan manusia, dan oleh karena
itu terdapat hubungan kekerabatan di antara keduanya.
Manusia
dan simpanse tidaklah "99% sama" seperti kata dongeng evolusionis.
Kesamaan genetis ternyata tak sampai 95%.Ahli
biologi dari California Institute of Technology yang bernama Roy Britten
berkata dalam sebuah studi bahwa cara baru pembandingan gen memperlihatkan
bahwa kesamaan genetis antara manusia dan simpanse hanyalah 95%. Britten
mengambil kesimpulan ini berdasarkan sebuah program komputer yang membandingkan
780.000 dari 3 miliar pasang basa dari heliks DNA manusia dengan yang ada pada
simpanse. Ia menemukan lebih banyak ketidakcocokan daripada yang ditemukan para
peneliti sebelumnya, dan menyimpulkan bahwa sedikitnya 3,9 persen basa DNA
adalah berbeda.
2.
Mengapa pernyataan bahwa dinosaurus berevolusi menjadi
burung adalah mitos tidak ilmiah?
Teori
evolusi bersandar pada komentar-komentar berprasangka dan pemutarbalikkan
kebenaran untuk menjelaskan kemunculan makhluk hidup dan seluruh
keberagamannya. Teori evolusi
menyatakan bahwa nenek moyang dari burung adalah dinosaurus. Pernyataan
ini memunculkan dua pertanyaan yang harus dijawab. Pertama, "bagaimana
dinosaurus mulai menumbuhkembangkan sayap?".Kedua, "mengapa tidak ada jejak perkembangan
semacam itu dalam catatan fosil?".
Ada dua teori yang diajukan oleh tokoh evolusi dalam masalah ini. Teori yang
pertama disebut teori kursorial.
Menurut teori ini, dinosaurus berubah menjadi burung dengan cara melompat
dari tanah ke udara untuk menangkap serangga terbang. Sedangkan teori yang
kedua disebut teori arboreal. Menurut teori arboreal dinosaurus
yang hidup di dahan pepohonan berubah menjadi burung karena berusaha melompat
dari dahan ke dahan. Tetapi kedua
teori tersebut tetap saja tidak bisa digunakan sebagai jawaban atas pertanyaan
diatas. Untuk menutupi hal itu para tokoh evolusi mengajukan sebuah makhluk
yang disebut archaeopteryx. Seperti
yang sudah dijelaskan di atas, archaeopteryx dianggap sebagai bentuk peralihan
antara burung dan dinosaurus. Tetapi, kajian terakhir
atas fosil archaeopteryx menunjukkan
bahwa penjelasan ini tidak memiliki dasar ilmiah. Archaeopteryx bukan bentuk peralihan, melainkan spesies burung yang
sudah punah, yang tidak jauh berbeda dengan burung modern. Studi lanjutan mengenai fosil archaeopteryxtelah menjatuhkan landasan teori evolusi yang
mengatakan bahwa dinosaurus berevolusi menjadi burung. Kajian terbaru mengenai
burung unta juga ikut menggugurkan dongeng burung-dino.
3.
Bagaimana struktur tubuh hewan purba meruntuhkan teori
evolusi?
Dalam
catatan fosil, makhluk hidup membentuk untaian atau rantai. Bila kita
perhatikan rantai ini dari makhluk paling purba sampai yang paling muda,
tampaklah bahwa makhluk hidup muncul dalam bentuk mikroorganisme, hewan laut
tak bertulang belakang (invertebrata), ikan, amfibi, reptil, unggas, dan
mamalia. Pendukung teori evolusi membahas rantai ini dengan penuh praduga,
sambil berupaya menyajikannya sebagai bukti teori evolusi. Mereka menyatakan
bahwa makhluk hidup berkembang dari bentuk sederhana menuju bentuk yang lebih
kompleks, dan selama proses ini berlangsung, beraneka ragam makhluk hidup pun
tercipta. Perkembangan makhluk hidup dari
bentuk primitif ke bentuk kompleks adalah praduga evolusionis yang tak benar
sedikit pun. Profesor biologi asal Amerika, Frank L.
Marsh, yang mengkaji pernyataan kaum evolusionis, dalam bukunya “Variation and Fixity in
Nature” menyatakan makhluk
hidup tak dapat disusun dalam sebuah urutan yang senantiasa bersambung tanpa
putus dari bentuk sederhana ke bentuk rumit.
Banyak fosil dari hewan purba yang bisa dijadikan fakta untuk meruntuhkan
teori evolusi. Salah satu contoh hewan purba yang sangat berpengaruh dalam
keruntuhan teori evolusi adalah trilobita. Trilobita
yang termasuk filum Arthropoda, adalah makhluk sangat rumit dengan cangkang
keras, memiliki tubuh yang bersendi, dan organ-organ kompleks. Hewan ini memiliki mata yang sangat rumit. Mata
trilobita terdiri atas beratus-ratus faset kecil, yang masing-masing terdiri
atas dua lapisan lensa. Begitu juga dengan
lalat yang memiliki mata juga rumit. Dan butuh insinyur yang handal dan kreatif
pada saat ini untuk bisa mengembangkan mata seperti itu. Sehingga kedua hewan
ini sudah bisa digunakan sebagai dasar untuk meruntuhkan teori evolusi. Maka
dapat diambil kesimpulan bahwa makhluk hidup tidak
berkembang dari bentuk sederhana ke bentuk yang kompleks. Pada saat pertama
kali muncul, makhluk hidup sudah teramat kompleks.
4.
Mengapa peristiwa metamorfosis bukanlah bukti kebenaran
teori evolusi?
Metamorfosis adalah proses perkembangan yang dilakukan oleh beberapa
makhkuk hidup. Metamorfosis biasanya terjadi pada serangga. Mereka
yang tak begitu memahami biologi, serta mereka yang mendukung teori evolusi,
kadang-kadang mencoba menggambarkan proses itu sebagai bukti evolusi.
Sumber-sumber yang menyatakan metamorfosis sebagai "contoh evolusi"
adalah omong kosong. Hal ini merupakan hasil propaganda dangkal dan sempit,
yang bertujuan menyesatkan mereka yang kurang paham tentang perihal ini,
pendukung evolusi yang masih baru, serta guru-guru biologi Darwinis yang tidak
benar-benar tahu masalahnya.Metamorfosis merupakan proses yang sudah direncanakan, dan tidak ada
kaitannya dengan mutasi ataupun faktor kebetulan. Metamorfosis tidaklah
disebabkan oleh kebetulan. Penyebab proses ini adalah data genetis yang sudah
menjadi bagian terpadu makhluk tersebut sejak lahir.Penelitian ilmiah terakhir
tentang metamorfosis telah menunjukkan bahwa peristiwa metamorfosis adalah
proses rumit yang dikendalikan oleh beberapa gen yang berlainan.Yang terjadi
dalam peristiwa metamorfosis adalah irreducible
complexity (kerumitan tak tersederhanakan).
Proses
metamorfosis terjadi melalui keseimbangan dan pewaktuan hormon yang sangat
teliti, yang dipengaruhi oleh beragam gen. Kesalahan terkecil sekali pun akan
mengakibatkan kematian makhluk hidup tersebut. Oleh sebab itu, tidak mungkin
proses serumit ini dapat terjadi secara kebetulan dan bertahap. Karena
kesalahan sekecil apa pun akan mengakibatkan kematian hewan tersebut. Sehingga
mustahil menjelaskan peristiwa ini dengan mekanisme "trial and error"
(coba-coba) atau seleksi alam, seperti pendapat evolusionis. Tidak ada satu pun
makhluk yang dapat bertahan berjuta-juta tahun, untuk menunggu bagian tubuh
yang diperlukannya muncul secara kebetulan.
5.
Mengapa DNA tidak mungkin dijelaskan sebagai sebuah
“kebetulan”?
Seperti yang sudah kita ketahui, DNA adalah sebuah materi yang membawa kode
genetik. DNA berisi informasi genetik yang berperan dalam pewarisan sifat. DNA
dari satu sel manusia saja sudah berisi informasi yang cukup untuk mengisi
ensiklopedi yang terdiri dari sejuta halaman. Kita tidak mungkin habis membacanya
dalam seumur hidup. Jika seseorang mulai membaca satu kode DNA per detik, tanpa
henti, sepanjang hari, setiap hari, akan diperlukan waktu 100 tahun. Sebab,
ensiklopedia tersebut berisi hampir tiga miliar kode yang berbeda-beda. Jika
kita tulis semua informasi DNA pada kertas, maka panjangnya akan membentang
dari Garis Katulistiwa mencapai Kutub Utara. Ini berarti sekitar 1000 jilid
buku, cukup untuk mengisi sebuah perpustakaan yang besar. Lebih
dari itu, semua informasi ini terkandung dalam inti setiap sel. Artinya, bila
setiap individu terdiri dari sekitar 100 triliun buah sel, maka akan terdapat
100 triliun versi dari perpustakaan yang
sama.
Sisi
menarik lainnya adalah semua makhluk hidup di planet ini telah diciptakan
menurut paparan kode yang ditulis dalam bahasa yang sama ini. Tidak ada
bakteri, tumbuhan ataupun hewan yang tercipta tanpa DNA. Terlihat jelas bahwa
seluruh kehidupan muncul sebagai hasil berbagai pemaparan yang menggunakan satu
bahasa, dan berasal dari sumber pengetahuan yang sama.Hal ini membawa kita kepada satu
kesimpulan yang jelas. Semua kehidupan di bumi, hidup dan berkembang biak
menurut informasi yang diciptakan oleh satu kecerdasan tunggal. Hal ini
menjadikan teori evolusi sama sekali tak berarti. Sebabnya, dasar teori evolusi
adalah "kebetulan", sedangkan peristiwa kebetulan tidak mampu
menciptakan informasi.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
1.
Teori eolusi adalah
sebuah paham materialisme yang berkembang pada masa Darwin dan saat ini masih
digunakan.
2.
Perkembangan teori
evolusi pada masa Darwin sangat pesat, tetapi saat ini telah banyak ilmuwan
yang membantah teori tersebut.
3.
Terdapat banyak
pernyataan yang tidak rasional dalam teori evolusi.
4.
Teori evolusi telah
dibantah ole banyak ilmuwan saat ini.
5.
Runtuhnya teori
evolusi disebabkan banyaknya pertanyan yang tidak mampu dijawab oleh para
evolusionis.
3.2 Saran
Ilmu adalah sesuatu yang sangat berharga. Setiap manusia berusaha untuk
mencari ilmu. Terdapat bermacam teori yang bsa dijadikan sebagai ilmu. Salah
satunya adalah teori evolusi. Tetapi teori evolusi ternyata menyimpan banyak
ketidakrasionalan di dalamnya. Teori ini sebenarnya tidak di dasari oleh
penelitian. Pendapat para ahli evolusi hanyalah manioulasi ilmiah. Terdapat
banyak ketidakrasionalan dalam teori evolusi. Kita sebagai seseorang yang
mencari ilmu tidak bisa boleh begitu saja menerima hal tersebut. Kita harus
meneliti sebuah teori sebelum mengaplikasikannya dalam kehidupan.
Daftar rujukan
Bhoke, Adhyee. 2012. Keruntuhan Teori Evolusi Charles Darwin ( Bagian II ), (online),(http://adhyee.blogspot.com/2012/03/keruntuhan-teori-evolusi-charles-darwin_02.html), diakses 23 Maret 2013.
Gafur, Abdul. 2012. Perkembangan Evolusi, Teori Evolusi, dan Teori Darwin, (online),(http://istanasederhana.blogspot.com/2012/07/perkembangan-evolusi-teori-evolusi-dan.html), diakses 23 Maret 2013.
Yahya, Harun. 2004. Keruntuhan
Teori Evolusi. Turkey.
Yahya, Harun. 2004. Runtuhnya
Teori Evolusi dalam 20 Pertanyaan. Turkey.